Langsung ke konten utama

Strategi Pembelajaran Yesus Menurut Injil Markus


Pendahuluan

            Yesus adalah seorang guru. Ia adalah seorang pendidik, baik itu mendidik orang-orang secara khusus dipilih oleh-Nya, maupun orang banyak yang mengikuti Dia. Pengajaran-Nya sangat luar biasa bahkan masih sangat relevan dengan kehidupan manusia sepanjang zaman, termasuk pada zaman sekarang.
           
Dalam perjalanan kehidupan dan pelayanan-Nya selama kurang lebih 3 tahun, Ia melakukan tindakan pemuridan secara khusus terhadap beberapa orang. Alkitab (khususnya Injil) mencatat bahwa Ia memilih 12 orang untuk menjadi murid-Nya. Murid-murid-Nya antara lain: Simon Petrus, Yakobus
anak Zebedeus, Yohanes saudara Yakobus, Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Thomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot (Markus 3:13-19, lihat juga Matius 10:1-4[1] dan Lukas 6:12-16).
            Tindakan Yesus yang memilih (mengadakan seleksi/ada eliminasi) 12 murid merupakan salah satu metode yang secara khusus Yesus terapkan dalam pemuridan-Nya. Metode tersebut tentunya sejalan dengan strategi, pendekatan, serta teknik yang digunakan oleh Yesus dalam  pembelajaran terhadap murid-murid-Nya. Hal seperti demikianlah yang akan dibahas penulis dalam karya tulis ini.
            Penulis akan membatasi pembahasan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh Tuhan Yesus hanya ditinjau secara khusus dari kitab Markus. Hal ini tidak berarti penulis tidak memberikan ayat-ayat referensi terhadap kitab-kitab sejajar (kitab-kitab Injil). Akan tetapi penulis akan membahas topik tersebut hanya berdasarkan penuturan kitab Markus. Dengan demikian penulis telah melakukan pembatasan pembahasan, yaitu secara khusus dalam Injil Markus.
            Pembahasan mengenai topik “Strategi Pembelajaran Tuhan Yesus Ditinjau dari Kitab Markus” meliputi beberapa bagian dalam karya tulis ini. Bagian-bagian tersebut meliputi pendahuluan, latar belakang, tujuan, sasaran, pendekatan, strategi, cara penyajian, metode, teknik dan kesimpulan.

Latar Belakang Markus dan Injilnya
            Sebelum masuk dalam pembahasan mengenai latar belakang pembelajaran yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, maka penulis akan memaparkan sekilas mengenai latar belakang kitab Markus. Kitab ini adalah kitab yang paling ringkas apabila dibandingkan dengan ketiga kitab lainnya. Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes disebut sebagai injil Sinoptik. Injil yang  memiliki kesamaan cerita satu dengan yang lainnya. Akan tetapi dari injil-injil tersebut, Markuslah yang paling ringkas. Di dalam Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, jumlah pasal kitab Markus adalah 16, berbeda jauh dengan injil Matius yang jumlah pasalnya 28, Lukas 24 pasal, dan Yohanes 21 pasal.
            Menurut tradisi, Markus sendiri yang menulis kitab Markus, yaitu sekitar tahun 65 dan 70 Masehi sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan.[2] Ringkasnya penulisan kisah-kisah di dalam kitab ini memicu ahli-ahli Alkitab untuk membuat kesimpulan bahwa kemungkinan besar kitab inilah yang pertama ditulis. Lukas dan Matius ditengarai memakai kitab Markus sebagai referensi penulisan kitab mereka. [3] Para peneliti atau sarjana-sarjana memiliki alasan lain mengapa Markus disebut sebagi Injil yang tertua. Namun dalam karya tulis ini alasan-alasan tersebut tidak menjadi topik pembahasan.
Selain tahun penulisan, perlu juga diketahui mengenai Markus sendiri. Data-data mengenai Markus bisa didapatkan dari kitab Kisah Para Rasul. Markus merupakan gelar yang diberikan kepada Yohanes anak Maria (Kis. 12:12, 25).[4] Dia adalah saudara sepupu Barnabas (lihat Kol. 4:10). Markus pernah mengikuti Rasul Paulus dan Barnabas dalam perjalanan penginjilan (Kis. 13:5). Akan tetapi Markus meninggalkan mereka, mungkin karena kesulitan-kesulitan dalam penginjilan (Kis. 13:13; 15:38).[5] Balchin menyebutkan alasan lain Markus meninggalkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan. Kemungkinannya Markus tidak setuju dengan tindakan Paulus mengambil alih kepemimpinan dalam pelayanan penginjilan tersebut. [6]
Para penafsir menyatakan bahwa kemungkinan besar Petrus yang akhirnya mempertobatkan Markus, sehingga ia menyebutnya “anakku” dalam 1 Petrus 5:13.[7]
Secara umum Markus menulis injilnya untuk menyatakan bahwa Yesus adalah “hamba” Allah. Dapat dilihat dalam Markus 10:45 “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani…”. Pemberitaan-pemberitaan Yesus tentang kerajaan Allah dan statusnya sebagai anak Allah tidak disebutkan secara gamblang di dalam kitab ini. Hal yang ditekankan justru mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Tercatat 20 mujizat yang dilakukan oleh Yesus tercatat dalam injil Markus.[8]

Latar Belakang Pengajaran Yesus
            Berdasarkan Injil Markus, pengajaran Yesus merupakan tindakan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang mengikuti-Nya. Penulis dapat menggolongkan orang-orang yang mengikuti Yesus menjadi dua golongan, yaitu:
  1. Orang-orang yang dipilih secara khusus oleh Yesus (Mrk. 1:16, ke-12 murid).
  2. Orang banyak yang mengikuti Yesus (Mrk. 3:8; 6:53-56).
Pengajaran yang dilakukan oleh Yesus merupakan sebuah proses untuk mengubah paradigma masyarakat pada masa itu. Perlu diketahui bahwa Yesus dilahirkan dalam keluarga Yahudi. Keluarga yang menjunjung tinggi Hukum Taurat. Dia juga dilahirkan dalam masyarakat Yahudi yang tentunya sangat menghormati Hukum Taurat. Dengan demikian, pengajaran Yesus dilaksanakan untuk mengubah paradigma yang berfokus pada hukum Taurat menjadi berfokus pada pemberi hukum, yaitu Tuhan.
Yesus sering menegur ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi atau pemuka-pemuka agama Yahudi. Mereka terlalu menekankan peraturan sehingga mereka menjadi legalis. Legalisme yang membawa kepada kehidupan yang tidak seimbang. Mereka hanya menekankan peraturan dan tidak memperhatikan aspek kasih. Berbeda dengan pandangan Yesus datang ke dalam dunia. Yesus datang ke dalam dunia karena kasihnya (Yoh. 3:16). Misinya untuk menyelamatkan umat manusia dari perbudakan dosa.
Hukum Taurat diberikan kepada manusia untuk menunjukkan ketidakmampuan melakukan berbagai tindakan untuk melepaskan dosa yang telah melekat di dalam diri manusia. Yesus menekankan kepada para ahli Taurat untuk tidak mengutamakan hukum melebihi kasih kepada sesama manusia. Hal tersebut yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya.
Pada dasarnya pengajaran yang dilakukan oleh Yesus tidak banyak perbedaan dengan sistem pengajaran pada zaman-Nya. Dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah cara yang digunakan oleh Yesus. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa tidak ada perbedaan antara pengajaran Yesus dengan guru (“rabi”) pada masa itu. Cara pengajaran sama, tetapi esensi pengajaran memiliki perbedaan yang sangat besar.

Tujuan Pembelajaran Yesus
            Pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan tujuan pada rabi-rabi yang lainnya dalam zaman Perjanjian Baru. Para “rabi” tersebut memberikan pembelajaran kepada murid-murid mereka agar murid-murid tersebut dapat melakukan pembelajaran tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
            Secara khusus tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus adalah agar murid-murid-Nya mengenal Bapa di surga secara pribadi dan meyakini bahwa hanya Yesus satu-satunya jalan keselamatan serta dapat membawa orang lain kepada jalan keselamatan yang telah mereka temukan di dalam Yesus Kristus.[9]
Sasaran Pembelajaran Yesus
            Sasaran pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus ada dua yaitu, pembelajaran yang sasarannya adalah orang banyak dan yang kedua adalah pembelajaran yang sasarannya secara khusus kepada murid-murid yang dipilih secara khusus oleh-Nya.

Strategi Pembelajaran
            Strategi merupakan tindakan yang dilakukan oleh guru (atau bisa juga disebut sebagai bentuk perencanaan) sebelum ia melaksanakan tugasnya bersama dengan anak didik.[10] Ada beberapa macam strategi yang sering digunakan antara lain: Exposition, Discovery, Group dan Individual Learning.
            Berdasarkan Injil Markus, ada dua jenis strategi yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam melaksanakan proses pembelajaran-Nya. Dua jenis strategi itu adalah:
  1. Individual Learning; Pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya secara pribadi. Dalam hal ini pemilihan dua belas murid dapat dikatergorikan sebagai tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus kepada individu, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tindakan tersebut dapat disebut sebagai proses pembelajaran kelompok (Group Learning). Proses pembelajaran individu dapat dilihat ketika Yesus memilih 12 murid. Tindakan pemilihan tersebut tidak langsung 12 orang, tetapi Ia memilih seorang demi seorang (Mrk. 1:16-20).
  2. Group Learning; Pembelajaran secara kelompok atau group dapat dilihat ketika Yesus memberikan pembelajaran kepada orang banyak (Lih. Mrk. 1:29; 3:1, 7; 6:33; 8:1).
Dari kedua strategi tersebut dapat dilihat bahwa Yesus lebih mengutamakan pengajaran dengan strategi individual. Sekalipun proses pembelajaran tersebut dapat disebut juga sebagai bentuk pembelajaran group learning.

Cara Penyajian
            Proses pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus pada dasarnya mengacu kepada kedua cara pembelajaran yaitu: Deduktif dan Induktif. Kitab Markus memberikan keterangan mengenai cara penyajian tersebut. Ada kalanya ketika Yesus memberikan pengajaran yang bersifat deduktif, akan tetapi dalam kitab Markus, cara penyajian yang Yesus lakukan lebih mengarah kepada cara penyajian Induktif . Cara penyajian Induktif dapat dilihat dalam perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus (Lih. Mrk. 4).

Metode Pembelajaran
            Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh Yesus adalah : Diskusi, Tanya Jawab, Cerita dan Ceramah. Metode yang paling sering digunakan oleh Yesus dalam kitab Markus adalah metode ceramah  dan cerita. Dalam hal ini penulis mengamati bahwa dalam kitab Markus, cerita adalah metode pengajaran paling populer yang dilakukan oleh Yesus . Metode cerita dapat diihat dalam pengajaran yang dikemas dengan bentuk perumpamaan (Lih. Mrk. 4:1-20, 21-25, 26-29, 30-33). Perlu diketahu bahwa metode cerita digunakan secara khusus oleh Yesus untuk menyampaikan pemberitaan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Mrk. 4:33, menyatakan “dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata  kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri”.
            Metode cerita dilakukan Yesus dalam pembelajaran kepada orang banyak, namun kepada murid-murid-Nya Yesus menggunakan metode ceramah (bandingkan Mrk. 4:33).

Teknik Pembelajaran
            Teknik pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus menurut kitab Markus adalah:
  1. Murid-murid dipilih secara khusus, yaitu 12 orang (Mrk. 1:16; 3:13-19).
  2. Murid-murid diutus secara berpasangan ke berbagai daerah untuk memberitakan kebenaran Firman Tuhan (Mrk. 6:7).
  3. Siswa diajarkan berbagai macam hal yang pada dasarnya berbeda dengan pengajaran umum pada masa itu. Misalnya dalam Markus 9:33-37.

Kesimpulan
            Pengajaran Yesus pada dasarnya adalah pengajaran yang mengarah kepada pemuridan secara pribadi. Sekalipun Ia memilih dua belas murid, akan tetapi Dia tetap memberikan pengajaran yang khusus kepada masing-masing pribadi.
            Pengajaran-Nya adalah kerajaan Allah. Ia mengundang setiap orang untuk bertobat dan mengakui-Nya sebagai Tuhan dan juruselamat. Ia mengajak setiap orang untuk mengenal Bapa secara pribadi. Ini adalah pengajaran Yesus yang luar biasa.
            Inti pengajaran Yesus adalah pemuridan, Ia memuridkan agar ada orang yang melanjutkan misi-Nya di dalam dunia ini.
 
Daftar Pustaka

Balchin, John dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Baru. Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 1994. 
Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab 3 (Matius – Kisah Para Rasul). Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1988
Champman, Adina,  Pengantar Perjanjian Baru cetakan ke-7. Bandung: Kalam Hidup, 1999.
Drewes, Drs., B. F., Satu Injil Tiga Pekabar. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.
Hamzah, Dr. B. Uno, M.Pd., Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Sidjabat, B. S., Ed.D., Mengajar Secara Profesional. Bandung: Kalam Hidup, 2009


[1] Matius 10:1-4 menuliskan keterangan lebih lanjut mengenai murid Yesus yang bernama Matius, ia disebut Matius pemungut cukai. Demikian halnya dengan Yudas Iskariot, ketiga kitab Injil tersebut memberikan keterangan yang sama, yaitu Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia (Yesus).
[2] John Balchin dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Baru  (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 1994), 17.  Lihat juga Drs. B. F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 28. Menurut Papias (seorang uskup dia Asia-Kecil pada abad ke-2), Markus ini mengikuti Petrus dan menulis apa yang ia ingat dari pekabaran Petrus. Boleh jadi Markus menyusun injilnya sesudah Petrus meninggal.
[3] Balchin dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Baru, 17.
[4] Markus adalah peranakan Yahudi dan bukan Yahudi Asli. Orang tuanya tidak dua-duanya berasal dari Yahudi. Itulah sebabnya namanya Yohanes (Ibrani) dan gelarnya Markus (Yunani). Lihat J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 3 (Matius – Kisah Para Rasul), {Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1988), 35.
[5] Lihat Adina Champman, Pengantar Perjanjian Baru cetakan ke-7 (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 27.
[6] Balchin dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Baru, 17.
[7] Balchin dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Baru, 17.
[8] Bandingkan Champman, Pengantar Perjanjian Baru cetakan ke-7, 28.
[9] Perlu diketahui bahwa tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan tujuan yang sangat penting di dalam Pendidikan Agama Kristen. Sebagaimana yang dituliskan oleh B. S. Sidjabat, Ed.D., dalam bukunya Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2009), 178. Hal tersebut sejalan dengan arti daru tujuan pembelajaran, yaitu perilaku yang hendak dicapai atau perilaku yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat tertentu {Definisi Robert F. Mager yang dikutip oleh Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. dalam buku Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 35.
[10] Sidjabat, Mengajar Secara Profesional, 277.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan Gereja dan Negara

 Pendahuluan             Gereja dan negara memiliki hubungan yang berbeda di sepanjang perjalanan sejarah umat manusia. Hubungan tersebut terbina dengan adanya relasi antara pemerintah dalam negara dengan pemerintahan dalam gereja. Hubungan yang bervariasi tersebut diwarnai oleh berbagai peristiwa yang terjadi di dalam sejarah manusia. Ada kalanya ketika gereja dan negara benar-benar terpisah. Akan tetapi dalam suatu masa sejarah tertentu, negara dan gereja menyatu. Demikian juga ada masanya ketika gereja dikuasai sepenuhnya oleh negara dan sebaliknya ada masa dalam sejarah perkembangan gereja ketika negara dikuasai oleh gereja.            

Ringkasan Eksposisi Kitab Wahyu (Ichwei G. Indra)

Pendahuluan             Kitab Wahyu merupakan kitab yang terakhir dalam Alkitab. Kitab ini merupakan penutup dari rangkaian nubuatan atau pewahyuan yang dinyatakan Tuhan kepada manusia. Kitab ini berbicara tentang akhir dari segala sesuatu dalam dunia dan juga mengenai kesempurnaannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari kitab ini akan dibahas berikut ini.