Bekerja yang Bergantung Pada Proses untuk Mendapatkan Perubahan yang Baik
Pendahuluan
Paper ini merupakan analisis terhadap perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus terhadap murid-murid-Nya dan orang banyak yang mengikuti-Nya (Mat. 13:2). Banyak penafsir yang menyatakan bahwa perumpamaan ini fokusnya untuk mengungkapkan transformasi dari Kerajaan Allah yang kecil menjadi besar. Para penafsir tersebut pun melakukan pendekatan yang berbeda terhadap perumpamaan dalam Matius 13:33. Ada yang lebih fokus kepada ragi dan ada juga yang lebih memfokuskan penafsirannya kepada perempuan. Penulis akan menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap perumpamaan tersebut.
Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam paper ini adalah analisis narasi secara menyeluruh. Oleh karena itu pembahasan dalam paper ini akan meliputi penelitian naskah, terjemahan literal, terjemahan dinamis, struktur perumpamaan, survei pustaka, analisis narasi perumpamaan, konsep teologis, ringkasan dan kemudian diakhiri dengan aplikasi.
Teks (versi UBS4)
:Allhn parabolh.n evla,lhsen auvtoi/j\ ~Omoi,a evsti.n h` basilei,a tw/n ouvranw/n zu,mh|( h]n labou/sa gunh. evne,kruyen eivj avleu,rou sa,ta tri,a e[wj ou- evzumw,qh o[lonÅ
Penelitian Naskah
Matius 13:3 merupakan teks Yunani yang stabil menurut UBS4 karena tidak memuat permasalahan teks yang membutuhkan penelitian naskah (textual criticism).
Terjemahan Literal
Dia menceritakan perumpamaan lain kepada mereka, “Kerajaan Allah sama seperti ragi yang diambil seorang wanita dan disembunyikannya dalam tiga takaran tepung, hingga semuanya tercampur dengan ragi.
Terjemahan Dinamis
Yesus menceritakan perumpamaan yang lain kepada mereka, “Kerajaan Allah sama seperti ragi yang diambil oleh seorang wanita dan ia kemudian mencampurkan ragi itu ke dalam adonan tepung yang ukurannya tiga sukat, sampai semua adonan itu bercampur dengan ragi.
Struktur Perumpamaan
Perumpamaan di atas dibagi dalam dua bagian yaitu:
A. Pengajaran Perumpamaan:
Pembukaan pengajaran: Hal Kerajaan Surga sama seperti narasi perumpamaan.
B. Narasi Perumpamaan:
Narasi dalam perumpamaan dibangun dari peristiwa-peristiwa berikut:
1) Ada seorang wanita mengambil ragi.[1]
2) Ragi itu dicampurkan ke dalam adonan tepung yang ukurannya 3 sukat[2].
3) Seluruh tepung itu bercampur dengan ragi.
Survei Pustaka
Mayoritas penafsir menyatakan bahwa perumpamaan dalam Matius 13:33 merupakan perumpamaan yang mengajarkan tentang transformasi kerajaan Allah. Penafsiran terhadap perumpamaan ini pun berbeda-beda. Ada yang memfokuskan penafsiran kepada ragi dan ada yang lebih memfokuskan penafsiran kepada perempuan sebagai tokoh sentral dalam perumpamaan tersebut. Armand Barus sendiri mempertanyakan mengenai kedua fokus tersebut. Ia menyatakan, “Sebenarnya unsur utama lainnya adalah adonan tepung, bukan hanya ragi. Ini menimbulkan pertanyaan mengapa pembacaan difokuskan pada ragi, bukan pada adonan tepung?”[3]
Matthew Henry menafsirkan perumpamaan ini sebagai perumpamaan yang menyatakan tindakan pengabaran Injil oleh rasul-rasul. Firman itu ditaburkan ke dalam hati manusia dan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Henry menyatakan:
(1.) Thus it was in the world. The apostles, by their preaching, hid a handful of leaven in the great mass of mankind, and it had a strange effect; it put the world into a ferment, and in a sense turned it upside down (Acts xvii. 6), and by degrees made a wonderful change in the taste and relish of it: the savour of the gospel was manifested in every place, 2 Cor. ii. 14; Rom. xv. 19. It was thus effectual, not by outward force, and therefore not by any such force resistible and conquerable, but by the Spirit of the Lord of hosts, who works, and none can hinder.
(2.) Thus it is in the heart. When the gospel comes into the soul, [1.] It works a change, not in the substance; the dough is the same, but in the quality; it makes us to savour otherwise than we have done, and other things to savour with us otherwise than they used to do, Rom. viii. 5. [2.] It works a universal change; it diffuses itself into all the powers and faculties of the soul, and alters the property even of the members of the body, Rom. vi. 13. [3.] This change is such as makes the soul to partake of the nature of the word, as the dough does of the leaven. We are delivered into it as into a mould (Rom. vi. 17), changed into the same image (2 Cor. iii. 18), like the impression of the seal upon the wax. The gospel savours of God, and Christ, and free grace, and another world, and these things now relish with the soul. It is a word of faith and repentance, holiness and love, and these are wrought in the soul by it. This savour is communicated insensibly, for our life is hid; but inseparably, for grace is a good part that shall never be taken away from those who have it. When the dough is leavened, then to the oven with it; trials and afflictions commonly attend this change; but thus saints are fitted to be bread for our Master's table.[4]
Sangat jelas bahwa penafsiran Henry merupakan penafsiran alegoris terhadap perumpamaan dalam Matius 13:33. Ia menafsirkan tokoh perempuan sebagai rasul-rasul yang menyampaikan berita Injil. Menurut Henry ragi itu tidak lain adalah firman Tuhan atau Injil yang diberitakan oleh para rasul. Pada intinya Henry menyatakan bahwa perumpamaan ini adalah pengaruh atau perubahan yang diakibatkan firman Allah di dalam hati manusia.
Beberapa penafsir yang fokus pada ragi adalah Jeremias, Schweizer, Hagner, Blomberg, Davies-Allison.[5] Mayoritas penafsir yang fokusnya pada ragi menyatakan bahwa ragi merupakan Kerajaan Allah yang perkembangannya tidak tampak, akan tetapi pada waktunya akan muncul dan mempengaruhi segala sesuatu. Schweizer sendiri memaknai penggunaan ragi secara negatif. Ia menganggap ragi adalah simbol kejahatan. Ia mengacu kepada tindakan Yesus menyindir pemimpin agama Yahudi karena menganggap murid-murid Yesus sebagai orang berdosa.[6] Selain itu penggunaan ragi juga dipahami sebagai tindakan pembusukan yang terjadi secara rahasia di dalam jemaat Kristen.[7]
Penafsir lain yang fokus pada perempuan dalam perumpamaan ini adalah Jerome, Keener dan Morris. Penafsiran yang fokus pada perempuan menyatakan bahwa tindakan perempuan tersebut tidak lain adalah tindakan penyampaian firman Tuhan (Injil) tetang Kerajaan Allah yang mempengaruhi seluruh dunia.[8]
Armand Barus memberikan pendekatan yang berbeda dengan para penafsir tersebut di atas. Ia tidak hanya fokus kepada ragi atau perempuan, akan tetapi ia juga memfokuskan penafsiran terhadap tiga unsur penting di dalam perumpamaan tersebut, yaitu karakter perempuan, ragi dan adonan tepung.[9] Namun, hasil penafsiran Barus tetap pada sebuah kesimpulan yang tidak jauh berbeda dengan para penafsir di atas. Meskipun ia telah memfokuskan penafsiran terhadap tiga unsur penting seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi ia tetap menyatakan bahwa perumpamaan dalam Matius 13:33 merupakan perumpamaan yang mengajarkan tentang transformasi. Perubahan Kerajaan Allah tidak terlihat tetapi efeknya jelas terlihat.[10] Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa baik penafsir yang fokus terhadap ragi, fokus pada perempuan dan yang fokus pada tiga unsur penting dalam perumpamaan tersebut, semuanya sampai kepada satu kesimpulan yang sama. Konklusi mereka adalah perumpamaan tersebut mengajarkan proses transformasi Kerajaan Allah yang tidak terlihat, akan tetapi hasilnya akan terlihat jelas.
Analisis Narasi Perumpamaan
Analisis narasi perumpamaan dilakukan untuk mendapatkan tema dalam cerita perumpamaan. Oleh karena itu dalam analisis perumpamaan, pembahasan akan difokuskan pada gabungan antara tokoh (karakter) dan peristiwa yang dimulai dari prolog (awal cerita) , konflik (puncak/perumitan cerita) hingga epilog (akhir cerita). Proses analisis narasi ini akan dibagi dalam tiga tahap yaitu analisis peristiwa, tokoh dan peristiwa dan tokoh.
Analisis Peristiwa
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perumpamaan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Prolog (awal/permulaan cerita): ada seorang wanita mengambil ragi.
2) Konflik (peristiwa puncak/perumitan cerita): ragi dicampurkan ke dalam adonan tepung yang ukurannya tiga sukat atau sekitar 37,5 kg tepung.
3) Epilog (akhir cerita): seluruh adonan tepung bercampur dengan ragi.
Peristiwa perumpamaan dalam Matius 13:33 dimulai dengan tindakan seorang perempuan yang mengambil ragi. Tindakan ini menunjukkan bahwa perempuan itu melakukan tindakan yang biasa. Artinya tindakannya mengambil ragi merupakan pekerjaan yang sering dilakukan oleh perempuan tersebut, meskipun demikian tindakan menaburkan ragi ke dalam tepung yang tidak sedikit jumlahnya merupakan sebuah hal yang tidak biasa. Peristiwa tersebut berlanjut pada perumitan cerita ketika ragi itu dicampurkan ke dalam adonan tepung sebanyak 3 sukat atau ukuran sekitar 37,5 kg. Perumitan ini menunjukkan bahwa ragi bercampur dengan adonan karena tindakan perempuan tersebut. Ragi tidak bisa bercampur tanpa tindakan perempuan yang memasukkan atau mencampurkannya dengan adonan. Peristiwa dalam perumpamaan tersebut berakhir ketika seluruh adonan tepung itu telah bercampur dengan ragi atau khamir.[11] Bagian akhir ini menunjukkan bahwa ragi tersebut setelah ditaburkan atau dicampurkan, tidak lagi membutuhkan usaha dari perempuan tersebut, tetapi ragi dapat khamir dengan sendirinya karena pada dasarnya ragi pasti mengkhamirkan adonan. Ini adalah tindakan yang biasa namun membawa pengaruh yang besar tehadap adonan tersebut. Ragi yang sedikit mampu mengkhamirkan seluruh adonan.
Analisis Tokoh
Tokoh dalam kisah atau perumpamaan yang diceritakan Yesus kepada orang banyak ini adalah seorang perempuan. Sebagian besar peranan di dalam peristiwa ini dilakukan oleh tokoh perempuan. Mulai dari tindakan mengambil ragi dan kemudian mencampurkannya ke dalam adonan tepung. Dalam proses selanjutnya, perempuan tersebut tidak memiliki peranan karena proses bercampurnya ragi dengan adonan merupakan proses yang terjadi secara alami setelah ragi itu dimasukkan ke dalam adonan tepung. Perempuan tersebut hanya menunggu hasil akhir setelah ia mencampurkan ragi itu ke dalam adonan.
Analisis Peristiwa dan Tokoh
Melalui analisis peristiwa dan tokoh akan ditemukan tema perumpamaan. Tema dibangun dari peristiwa dan karakter. Peristiwa dalam dalam narasi perumpamaan ini adalah peristiwa yang melakukan pekerjaan biasa yang mendatangkan perubahan besar. Perlu diketahui bahwa perubahan yang terjadi tidak dicampuri oleh karakter utama. Karakter utama menyiapkan bahan seperti adonan akan tetapi proses peragian terjadi secara alami. Ini adalah tindakan menyiapkan atau bekerja untuk mendapatkan perubahan yang baik.[12] Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui analisis peristiwa dan tokoh, tema perumpamaan adalah tindakan menyiapkan atau bekerja yang bergantung pada proses untuk mendapatkan perubahan yang baik.[13]
Konsep Teologis
Berdasarkan anilisis terhadap peristiwa dan karakter tokoh, maka dapat dinyatakan bahwa pengajaran yang diberikan adalah bekerja yang bergantung pada proses untuk mendapatkan perubahan yang baik. Pada dasarnya manusia lebih mengutamakan hasil dibandingkan proses. Seluruh tindakan yang dilakukan dalam perumpamaan ini memang merupakan proses secara keseluruhan. Mulai dari perumpuan yang mengambil ragi dan mencampurkannya ke dalam adonan hingga adonan tersebut berubah menjadi khamir, merupakan proses secara keseluruhan.
Perumpamaan ini mengajarkan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan tetap bergantung kepada proses. Melihat hasil yang akan dicapai bukan tindakan yang salah, namun berfokus pada hasil tanpa melihat proses adalah tindakan yang keliru.
Sama halnya dengan tindakan Yesus untuk menyelamatkan umat manusia. Dia dapat menyelamatkan manusia tanpa harus menjadi korban di kayu salib. Dia adalah penguasa alam semesta. Dia dapat melakukan tindakan penebusan tanpa harus disalibkan. Akan tetapi tindakannya berinkarnasi merupakan bagian dari proses yang dijalani-Nya untuk membawa perubahan yang baik terhadap dunia.
Aplikasi
Belajar bergantung pada proses dalam melakukan sebuah pekerjaan adalah tindakan yang baik. Proses akan mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan telah diatur oleh Tuhan. Pernyataan ini tidak mengacu kepada doktrin predestinasi. Maksud penulis adalah untuk menyatakan bahwa tidak semua hal dapat ditangani oleh manusia. Ada hal-hal yang harus diserahkan kepada Tuhan. Tuhanlah yang akan melakukannya bagi manusia. Perumpamaan ini juga mengajarkan orang percaya untuk bekerja, dan bergantung pada Tuhan untuk mendapatkan perubahan yang baik.
Daftar Pustaka
Barus, Armand. “Tersembunyi Namun Berpengaruh: Matius 13:33,” Diktat Kuliah Eksposisi Perumpamaan. Jakarta: STTRII, 2007.
Matthew Henry’s Commentary Volume VI: Act to Revelation, didapat dari references dalam BibleWorks 7.
Kamus Besar Bahasa Indonesia v. 1.3
[1] KBBI 1.3 ra·gi 1 pulung yg dikeraskan yg dibuat dr beras, bawang putih, bawang merah, kayu manis, lombok, lengkuas, dsb untuk membuat tapai, arak, adonan roti, dsb; 2 zat yang mengandung ragi; fermen;
[2] KBBI 1.3, sukat adalah takaran yang isinya empat gantang. Sedangkan gantang merupakan satuan ukuran isi atau takaran sekitar 3.125 kg. Jadi ukuran tepung sebanyak 3 sukat sama dengan 12 gantang atau setara dengan 37,5 kg tepung.
[3] Armand Barus, “Tersembunyi Namun Berpengaruh: Matius 13:33,” Diktat Kuliah Eksposisi Perumpamaan (Jakarta: STTRII, 2007): 4.
[4] Matthew Henry’s Commentary Volume VI: Act to Revelation, didapat dari references dalam BibleWorks 7.
[5] Barus, “Tersembunyi Namun Berpengaruh: Matius 13:33,” 3-4.
[6] Barus, “Tersembunyi Namun Berpengaruh: Matius 13:33,” 4.
[7] Barus, “Tersembunyi Namun Berpengaruh: Matius 13:33,” 4.
[8] Barus, “Tersembunyi Namun Berpengaruh: Matius 13:33,” 5.
[9] Barus, “Tersembunyi Namun Berpengaruh: Matius 13:33,” 5.
[11] Menurut KBBI 1.3, khamir berarti bercampur dengan ragi.
[12] Penulis menggunakan istilah perubahan yang baiki untuk menyatakan perubahan yang disebabkan oleh ragi terhadap adonan. Adonan yang dicampur dengan ragi akan mengalami perubahan bentuk, menjadi lebih banyak (volumenya bertambah) dan juga dapt dibuat menjadi roti yang yang kualitasnya baik.
[13] Bergantung pada proses bukan berarti proses adalah segalanya, melainkan proses yang terjadi berlangsung secara alami tanpa intervensi dari yang melakukan tindakan atau pekerjaan.
Komentar
Posting Komentar